Sore
itu, aku menikmati alunan suara merdu, suara serak-serak basah juga serak-serak
kering dari beberapa senior kos juga teman selevel penghuni kos baru. Bukan
kontes menyanyi ya, tapi acara bercerita bolehlah dikatakan acara mengghibah alias bergosip.
Asyik sekali mendengar untaian kalimat para senior kosku yang logatnya berbeda-beda. Logat semarangan yang ciri khasnya ada suara seperti kambing, kata ‘mbek’, logat pekalongan dengan kata ‘co’e,’ iki hooo’ dengan mulut terbuka membentuk huruf O, dialog pantura dengan kata ‘nyonge’ juga dialek banyumasan yang suka buatku tergelak sendiri meski bukan cerita lucu yang muncul.
Acara mengghibah ini cukup sering dilakukan di tempat favorit banyak anak dan tempat itu adalah halaman depan kamarku. Perlu diketahui, kos kami terdiri dari 2 bagian. Bagian depan ada 7 kamar dengan 6 kamar yang saling berhadap-hadapan, dan 1 kamar di depan ruang tamu. Bagian belakang ada 8 kamar berhadap-hadapan dengan median taman luas terbuka. Bukan taman asli sebenarnya, itu hanya sebuah lahan yang diperuntukkan untuk menjemur pakaian. Mungkin karenanya para penghuni kamar belakang mendapat curahan sinar matahari yang cukup terbukti dengan warna kulit anak-anaknya yang lebih gelap dibanding penghuni kamar depan. Kamar mandi, dapur, tempat cuci baju juga ada di bagian belakang. Dengan limpahan sinar sang surya serta udara segar, pantaslah kalau bagian belakang jadi favorit kami.
Mengikuti acara ghibah, aku sebagai anak baru tentunya jaga image. Tidak
banyak cincong tapi lebih banyak mendengar. Imajinasikan saja sikapku saat itu mirip seperti cute kitty yang selalu bersikap manis. Aku tidak banyak menimpali
saat mereka bercerita, cukup mendengar dan mengambil pelajaran dari apa yang
dibicarakan.
Dari semua gosip yang aku nikmati,
ada satu hal yang sangat aku benci mendengarnya. Baik itu gosip tentang keburukan
maupun kebaikan seseorang yang dibicarakan. Gosip itu adalah tentang mbak
Fitri. Kalau nama itu tersebut aku mau
tidak mau harus ikut menimpali agar pembicaraan tidak melebar kemana-mana.
“
Eh temanku ya, tadi malam cerita ada
yang mainan pintu tengah malam di kosnya,” kata mbak Yoshida. Seperti ini “
kreek...kreek..kreek,” gadis ayu berkulit putih itu memainkan pintu kamar mandi.
“
Kira-kira mbak Fitri dolanan lawang
juga, ora, ya? hahaha” tawa Mbak Hikmah, dengan logat ngapaknya.
“
Eh, mbak, jangan bicara tentang mbak Fitri, dong” kataku dengan suara lirih. Aku
yang sedari tadi hanya mendengar harus ikut mengingatkan.
“
Nanti dia dengar,” tambahku
Kalau
hal itu terjadi, mereka sih fine-fine saja karena kamarnya di depan.
Lha aku, kamarku di belakang yang posisinya paling dekat kamar mandi. Jika
sampai mbak Fitri melakukan itu aku lah yang pertama-tama mendengarnya. Betapa
gampangnya mereka menggosip tentang mbak Fitri tidak berpikir kalau sampai mbak
Fitri yang mereka bicarakan itu mungkin
sebenarnya tahu.
“
Iya nanti dia nggak terima, lho!” Nina, teman sekos sekaligus teman kelasku
ikut berkata.
”
Halah, macem-macem nanti kita kerjain dia.”
“
Mbak, sst..” aku memberi tanda pada
mbak Evi agar dia tidak melanjutkan bicaranya yang asal.
“
Kamu kenapa, Nur? Takut ya? nggak usah takut. Nanti kita kerjain dia. Kita
ngumpet di dalam bak mandi terus kita gedorin dia, biar jantungan. Wkwkwk” Mba
Evi bicara tanpa tedeng aling-aling. Tidak tahu kalau mungkin mbak Fitri berada
di belakangnya.
“
Iya nih, sekali-kali mbak Fitri harus dikerjain.” Tambah mba Yoshida.
“Inget nggak cerita mbak Septi saat dia ngagetin makan apel di belakangnya. Kebangeten deh, dia” mbak Evi menimpali. Cewek putih imut itu juga menambahkan katanya selain itu mbak Septi, senior kosku yang jadi mahasiswa Prancis itu juga pernah dilihatin saat mbak Fitri berdandan ala noni Belanda.
Bergosip tentang mbak Fitri sungguh nggak ada asyik-asyiknya. Yang ada malah menyeramkan. Beberapa dari teman-teman kos pernah punya pengalaman bersama mbak Fitri. Pengalaman yang sebenarnya nggak satu pun orang ingin mendapatkannya, begitu juga aku. Namun kenyataanya aku mendapatkannya bahkan saat malam pertama di kosku ini.
Saat itu aku yang baru datang
sebagai mahasiswa baru bermalam lebih awal dari teman-teman yang lain. Suasana
kos yang sepi karena masih dalam liburan semester itu tampaknya membuat mbak
Fitri ingin menunjukkan eksistensinya, terlebih padaku yang seorang penghuni
baru.
Ya, meski fisiknya tidak tampak,
tapi keberadaan mbak Fitri sebagai penghuni kos sangat terasa. Aku yang sudah
merasa bertindak-tanduk sopan sebagai penghuni kos baru malah dianya yang cari perhatian
dengan tidak sopan.
Malam itu aku yang sudah capek ingin
beristirahat, dengan sangat tidak sopannya dia sengaja menggoyang-goyangkan
agar aku terjaga sepanjang malam. Dia membuat badan kaku keluar keringat
dingin. Dari mbak Fitri lah aku tahu bagaimana rasanya saat bulu kuduk berdiri.
Selanjutnya mbak Fitri juga tak segan mengganggu orang tidur. Seperti malam itu, setelah siangnya mbak Yosidha cerita tentang pintu kos temannya yang bersuara sendiri, tampaknya itu memberikan ide buat mbak Fitri untuk mengikutinya juga.
“ kreek...kreek..kreek.... kreek..kreek..kreek... kreek...kreek..kreek,” suara deritan pintu dimainkan terdengar bagai orang belajar biola pertama kalinya. Dengan tempo lambat, cepat, lambat kembali. Sangat mencengangkan. Membuat orang kecut nyalinya. Malam itu mbak Fitri sukses melakukan apa yang mbak Yoshida ceritakan.
Alhasil
seperti biasanya. Aku baru bisa tidur setelah suara ayam berkokok dan ketika
bangun kepala pusing kliyengan disertai mata panda tetap berangkat kuliah.
***
Mbak Fitri seperti apa tampangnya sebenarnya tidak begitu jelas. Teman-teman kos ngomong hanya katanya. Kata mbak Septi penampakannya seperti noni-noni Belanda. Mbak Lili bilang tidak begitu, karena dia pernah membawa tanah dari kos dan diterawang oleh orang pintar tidak seperti itu. Teman seangkatan, Erni juga pernah ditampakkan. Tapi belum sempat aku tanya bagaimana penampakannya Erni sudah pindah kos. Aku ingin bertanya apakah yang dia lihat sama seperti yang aku lihat.
Seperti apa yang aku lihat tidak seperti cerita teman-temanku itu. Tampangnya tidak seperti noni-noni Belanda yang putih berhidung mancung, ataupun seperti kebanyakan wanita Jawa yang berkulit sawo matang dengan hidung sedikit pesek, tidak sama sekali. Iya,tahu kenapa? karena yang aku lihat dia tidak berhidung sama sekali.
Saat itu aku masih tergolong penghuni kos baru juga, karena seingatku belum sampai satu semester di kos itu. Aku yang merasa sangat capek baru datang dari kampung tidur berbaring seadanya. Maksudnya tidak mempersiapkan diri seperti biasanya, berganti baju, bersih-bersih muka dan lain sebagainya.
Aku berbaring dan menghadap pinggir ranjang. Seingatku karena saking capeknya aku nggak merasa kalau kepalaku berada pas menempel di pinggiran ranjang. Entah pada menit ke berapa dan sudah memasuki face deep sleep atau belum saat tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang datang.
“
Nur, aku nyilih awakmu, yo,” suara lembut itu berkata
“ Mbuh ah, aku ngantuk,” jawabku masih dengan tidak sadar.
“
Oh..Koe!” suara lembut itu berubah keras seperti marah.
Tiba-tiba
dia menempelkan tangannya di dadaku. Aku merasa tercekik.
“ A..a..a...,” Cuma kata itu yang muncul.
Saat itulah aku melihat dengan telanjang mata penampakan yang kuduga mbak Fitri. Rambut panjang, berbaju putih, namun tampangnya polos, halus. Tanpa mata, hidung, alis dan segala macam pelengkap wajah.
Sungguh
mengerikan sekali, ya.
Mbak Fitri inilah alasanku tidak betah di kos. Sudah rencana hanya cukup satu semester saja di kosku ini. Namun kemudian aku berubah pikiran. Sangat disayangkan jika hanya seorang Fitri aku jadi kehilangan rejeki, harta benda serta pengalaman hidup yang sangat berharga sekali,yaitu teman-teman kos.
Selanjutnya kisah mbak Fitri hanya jadi cerita sampai satu semester saja di kos itu. Ada satu kisah yang mungkin jadi pelajaran buat mbak Fitri untuk tidak menggangguku lagi. Apa kisah itu? Tampaknya lebih asyik jika dituliskan di bab lain lagi.
Kisah
mbak Fitri membekas 1 % di otakku, lebih mengasyikkan kisah kebaikan, pelajaran
hidup teman-teman kosku tentang hal yang lain. Oiya kalau kamu penasaran tentang namanya, sungguh kami sebenarnya tidak tahu. Panggilan mbak Fitri sekilas pernah diucapkan mbak Evi dan akhirnya kami suka menyebutnya demikian.
Wkwkwk. Jd inget dlu ngkos suka jail juga mbak.. Apalagi aku yg ngomongnya ngapak kadang suka diliatin, tp lama2 temen2ku terbiasa dg kata nyong koe🤣
ReplyDeleteKelakuan aslinya keluar ya Mba, hehhe.. Nggak ada jaim-jaimnya bersama mereka
Deletewah barusan saja meninggalkan flat tempat aku kuliah, hampir tiap malam makan bareng sama mereka bareng cerita apa aja sama berbagai orang dari belahan dunia bahkan, seru jadi kangen sama mereka, karakter orang memang macam-macam ya apalagi dari berbagai daerah gitu
ReplyDeletePunya banyak kenangan dan pembelajaran hidup juga bersama mereka Ya, mba
DeleteDuh, kalau berbicara soal makhluk astral itu enggak pernah ada enak-enaknya. Saya memilih walk out, deh. Alhamdulillah, sampai detik ini belum pernah lagi merasakan hal-hal aneh. Hanya 2x saja yang begitu teringat, yaitu saat SD dan SMA.
ReplyDeleteItu aja udah Mbak, Aku trauma banget. Tapi sebenarnya ada hal lain lagi yg akhirnya jadi sedikit berani
DeleteSereem banget mbak Fitri ini. Apalagi sy bayangkan kayak noni belanda zaman dulu di bangunan tua.. Duduk di kursi goyang yang berderit. Ih mbak ceritanya bikin takut.. Jadi ke mana-mana ngayalnya.. :(
ReplyDeleteSeremnya, Mbak..hiks. Kebayang mbak Fitri ini kayak noni belanda yang duduk di kursi goyang berderit gitu, kalau saya udah fix nggak bakalan betah di kosan kalau ada orang begini. Hidup nggak bakalan tenang...haha.
ReplyDeleteIni kisah nyata kok Mba, menakutkan memang, setelahnya ada cerita Lain yg buatku jadi sadar dan lebih berani
DeleteMenjadi anak kos ada suka dukanya Mbak, sukanya mungkin klo pas kumpul dg teman-teman bisa asik bercanda hehe
ReplyDeleteKlo pas teman pada pulang kita di tingal sendiri mana kiriman duit blum datang hihi rasanya Horor, lebih horor dari liat hantu hehe
Memang nano-nano banget ya jadi anak kos, aku pun pas kuliah sempet ngekos, trus pernah juga ketemu sama hal-hal "aneh" kayak diatas, tapi nggak tau kenapa dulu kok berani banget ya, pernah sendirian banget di rumah kosan saat temen-temen yg lain udah pada mudik, pdhl rumahnya lumayan gde banget trus gelap pula, dan aku kamarnya diatas, gatau kenapa kok berani-berani aja ya dulu hehe
ReplyDeleteampun deh mba. kalau saya mah jelas nggak akan berlama-lama, pindah hari itu juga. nggak sebanding deh digangguin terus gitu sama ketenangan buat produktif kuliah. lagian jugaa, serem gaaa siih mbaaaa huwa hahaha.
ReplyDeleteMerinding baca bab akhirnya...hiiiii....Mbaaaa...aku kok takut ya.
ReplyDeletenge kos ya? salah satu atmosfer yang belum pernag ku rasakan saat kuliah. kalau denger cerita dari teman-teman kayaknya seru-seru gitu. apalagi kalu cerita horor gitu atau melek merem dengerinnya
ReplyDeleteJaman lulus kuliah, milih kos belakang kantor. Ini pun kamar kos cuma buat tidur doanggg, malah banyak lembur dan tidur di kantor juga akhirnyaaaa. Tapi seruuu ya, masa-masa ngekos tuh inget masa-masa nunggu abang-abang tukang nasgor keliling
ReplyDeleteWahhh jadi inget waktu ngekos di belakang kantor. Pulang kantor udah malem, udahlah tinggal nunggu abang-abang nasgor lewat, hehhehe
ReplyDeleteKangen ngekoooss.. smg tahun ini aku bisa ngekos lg ya Mbak... Seru dan jahil kadang teman-teman kost. Tapi kalau Aku enggak pernah berbuat jahil yo apalagi ngerjain orang. Kdg kangen dg masa masa itu, seperti cerita Mbak Di atas
ReplyDeleteYa ampun. Ikutan merinding disko baca cerita mbak fitri ini. Biar gak diganggu, dimana pun tempat, sering bacakan surat Albaqarah dan Al-jin. Bahkan rumah baru pun begitu. Setiap ruangan harusnya pernah jadi tempat shalat dan tilawah. Semoga mb fitri gak jadi pinjem badan ya. Kalo gitu, mesti ruqyah 😁
ReplyDeletebaca tulisan ini agak bahaya kl malam2 dan sendirian 😆 subhanalloh astaghfirullohu, terima kasih sdh berkenan berbagi cerita ini. cerita yg uniq dan anti mainstream 😂
ReplyDeleteWah jadi asyiik nih sama yang kurasakan 3 tahun kost di Bogor pindah-pindah masalah ga betah keadaan ini, tapi terakhir kali aku egp aku cuma bilang aku capek jangan diganggu aku tidur saja benaran
ReplyDeleteDuh, kupikir Mbak Fitri itu siapa? Hehe ternyata eh ternyata ... memang pengalaman ngekost itu pasti banyak cerita serunya.
ReplyDeleteAk gak pernah ngekos tapi anakku mau ngekos tahun depan. Seru seru serem ya si mba Fitri iku. Huhu
ReplyDeleteHiii seraaammm...saya kalau ngekos selalu berdua dnegan teman haha..m sejak kecil blom pernah sendiri sih meski nggak bisa tidur😁
ReplyDeleteIih horoorr..
ReplyDeleteAku paling takut kalau di tempat kos udah ada kejadian gitu2.
Alhamdulillah dulu di tempat kos gak pernah ada.
Duh serem deh
ReplyDeleteMana kubacanya malam pula
Bisa susah tidur nih
Kangen juga sama kehidupn ngekos. Yaaa kurang lebib sama kaya gini ini.
ReplyDeleteYa Allah mbak aku pikir mbak Fitri itu tetangga kost ternyata memedi ya mbak, terus bisa kah mbak mengerjai mbak Fitri? Tapi kalau dia noni belanda masak namanya mbak fitri mbak?
ReplyDeleteJadi pengen kuliah lagi ahahahaha... sama anak2 kos yg bocor abis... ah,jadi bernostalgia aku baca ini mbak. Thanks for sharing
ReplyDeleteBaca ini jadi berasa flash back dong pas kuliah. Sungguh ya pengalaman pas ngekost itu emang menyenangkan, apalagi kalau lagi kumpul bareng-bareng, huahhh
ReplyDeletedan akibat postingan ini aku jadi tergerak buat bikin memory kost juga nih, kayaknya seru deh. Dan memang sih kalo d kosan itu kadang suka ada kejadian2 yg bikin bulu kuduk merinding
ReplyDeleteseru banget mba pengalaman waktu kosannya, aku jadi mau posting memori saat di kosan juga nih
ReplyDelete