Gambar : Pexel.com
Ikhlas, kata yang sering kita ucapkan. Meski
kadang belum tentu kita meresapi maknanya.
Pernah begitu, Teman?
Contoh nih ya, ketika seseorang meminta
sesuatu sama kamu tapi kamu terlihat kurang ‘ikhlas'. Biasanya teman kamu itu
akan menanyakan kembali biar lebih mantap, "Kamu beneran
ikhlas"? bisa saja
kamu jawab "Iya, aku ikhlas kok" padahal mungkin di hati berkata lain, ya kan?.
Ikhlas juga, yang merupakan salah satu syarat
terkabulkannya doa. Sebagaimana firman Allah
“ Artinya: Maka sembahlah
Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya” (Ghafir: 14).
Ikhlas
merupakan tauhid untuk memurnikan ibadah segala apa yang kita lakukan
semata-mata karena Allah Ta’Ala.
NAH, Teman! Di sini saya pengin sharing bagaimana perjalanan saya mengaktivasi rasa Ikhlas itu. Tulisannya
panjang banget, silahkan kalau mau pakai metode scanning dan skimming
dalam membacanya, wkwkw..semoga bermanfaat!
Penantian Buah Hati yang Lama
Diawali dengan penantian buah
hati yang lama. Setelah melewati usia pernikahan selama hampir
dua tahun , tanda-tanda hadirnya sang
buah hati belum terwujud juga. Akhirnya kami memutuskan untuk menjalani promil . Dari situ saya tahu kalau saya memang bermasalah.
Yup, Kalau
yang orang lain dengan mudah mendapatkan anak, namun tidak
begitu dengan saya. Dokter mengatakan kalau saya punya sindrom PCOs.
PCOs ditandai
dengan periode menstruasi yang tidak tepat . Memang kenyataannya
sejak gadis periode menstruasiku tidak pernah tepat, kadang 2 bulan sekali
bahkan pernah satu tahun hanya 3 x. Karena itu dokter menyarankan
untuk program hamil menstabilkan hormon.
Bisa dibayangkan padahal saat itu kami berdua masih hidup di
kontrakan. Jadi mau tidak mau setiap
bulan harus berhemat untuk menyisihkan uang yang tidak
sedikit dalam rangkaian program
tersebut.
Dan alhamdulillah setelah program hampir satu tahun
akhirnya saya hamil juga.
Namun Qodarullah, calon manusia itu hanya dititipkan selama 4 bulan saja
di kandungan. Shock,
sedih, tidak terima saat tahu kalau jantung calon anakku sudah berhenti saat
aku memeriksakan diri saat USG. Terlebih
karena janin sudah lebih dari 4 bulan maka harus dilahirkan paksa atau induksi.
Saya ingat saat itu proses induksi dilakukan
beberapa kali agar janin keluar. Lewat
infus bahkan sampai menggunakan benda sejenis pentil sepeda yang dimasukkan ke
rahim menggunakan alat seperti dongkrak gitu, sakiiiit... banget!. Bahkan saya merasakan sakitnya lebih daripada melahirkan.
Daan... setelah janin keluar dan proses kiret
selesai, saya harus disedihkan lagi karena ASI keluar padahal tidak ada yang bisa
disusui, hiks..hikss. Akhirmya ASI
berhenti setelah proses meradangnya PD saya.
Tertutupnya Mata
Hati Saat Harapan tidak Sesuai Kenyataan
Jahilnya diri saat
itu karena mata hati saya tertutup. Saya
benar-benar seperti tidak terima dengan keputusan
Allah. Semua saya salahkan, mulai dari suami yang lebih sibuk sendiri, mertua
yang banyak aturan, banyak tuntutan
di kantor, dan lain sebagainya. Astaghfirullah, aneh kan, saya?
Kemudian setelah 3 bulan proses
recovery, dokter menyarankan untuk ikut promil lagi. Sebenarnya saat itu ikhtiar
saya tidak hanya lewat medis saja, namun juga dengan mengonsumsi obat herbal,
meminta doa orang sholeh dan anak-anak yatim.
Teman-teman tahu
kan ya, bagaimana rasanya kalau lebih
dari 3 tahun menikah belum juga diberi buah hati. Mulai dari nyinyiran teman, tetangga sampai dikatakan mandul sama
mertua, hiks,,hiks.. Itu yang membuat saya nggak sabar.
Saya bertanya mengapa setelah semua usaha dan doa, Allah
belum mengabulkannya juga? saya merasa ada yang salah dengan yang saya.
Belum Ikhlas. Benar rasa itu tampaknya belum saya resapi.
Padahal, ini hal terpenting agar doa dikabulkan. Ya, saya sadar betapa egois saat berdoa saya meminta harus..harus Allah
kabulkan. Seakan ibadah, sedekah dan semua yang dilakukan semata-mata agar
keinginan saya terpenuhi. Inilah yang salah.
Bukankah memberi keputusan adalah hak prerogatif Allah?.
Namun bagaimana memunculkan ‘Ikhlas’ itu?
Mencari ‘Ikhlas’
Lewat Aktivasi Kekuatan Hati
Tahukah teman, Saya
mencoba dengan keyakinan
hati serta mencari tahu tentang hal
ini. Maka sembari berikhtiar lewat tenaga medis, saya juga berusaha memunculkan
‘ikhlas’ itu dengan memahami lewat buku yang saya baca.
Buku itu berjudul Quantum
Ikhlas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati, karya Erbe Sentanu. Buku ini sangat
best seller.
Membaca buku itu seakan membuka
harapan saya kembali. Apalagi dalam testimoninya si penulis bercerita tentang
hal yang sama, yaitu kesulitan
mendapat anak. Doanya terkabulkan juga setelah mengaktivasi kekuatan hatinya.
Aktivasi kekuatan hati dalam
buku ini salah satunya dipancing dengan cara memahami buku serta mendengarkan
CD yang menyertainya. CD itu dimaksudkan untuk UPGRADE HARDWARE otak bawah sadar.
Bagi teman yang pernah
mendengarkan CD ini, mungkin bisa merasakan.
Saat detik
pertama kita mendengar bunyi
percikan air, suara katak, angin, ah rasanya tenang dan damai. Terasa melepas beban stress saat menarik gelombang beta menuju
gelombang alfa.
Setelah
hampir 15 menit, kita akan merasakan seperti melayang, dan melihat sebuah sinar. Saat sinar dan perasaan tenang
itu muncul, kita disarankan
untuk berdoa kepada Allah meminta
apa yang kita inginkan sambil membayangkan keinginan kita, mencium baunya serta seakan merasakan
gerakannya, ya, saya membayangkan seorang bayi yang cantik, lucu dan
menyenangkan dengan wanginya yang khas.
Pertanyaannya, setelah UPGRADE
HARDWARE otak bawah sadar memancing rasa
ikhlas itu muncul, apakah DOA
saya terkabul segera?
Ternyata tidak!. Setelah hampir
satu tahun saya telaten mengupgrade
otak saya, dan mengikuti program dokter yang belum juga berhasil, akhirnya
saya pasrah.
Mendapatkan Esensi Ikhlas yang Sesungguhnya
Saya hentikan semua usaha. Tidak lagi
ke dokter ataupun mendengarkan CD itu.Saya benar-benar pasrah, hanya meminta Allah
agar kebaikan tetap terjaga untuk keluarga kami.
Sikap
suami yang sabar dan selalu berpositif thinking,
itulah yang membuat saya
tetap tenang. Kami sudah tidak lagi
berpikir untuk treatment bayi
tabung, maka dengan tabungan yang ada, kami putuskan untuk
membeli rumah.
Saya ingat saat itu kami
menandatangani pembelian rumah tanggal 16 September. Dan 4 hari kemudian saya menemukan 'sesuatu' yang ‘ajaib’ menurut diri saya.
Malam itu saya bermimpi di sebuah
tanah lapang, ada
banyak bayi di sana sini.
Apakah ini pertanda saya hamil? Saya penasaran ingin pakai testpack. Meski sebenarnya saat itu ragu,
karena testpack biasanya
dipakai kalau wanita sudah telat haid, kan?. Sedang masa
haid saya masih 10 hari lagi.
Bismillah...Saya
coba dan ternyata...
Masya Allah...Allah Maha
Besar,
Allah mengabulkan
DOA saya setelah berpasrah diri, pasrah pada putusanNya dengan hidup saya.
Ternyata inilah yang disebut Ikhlas.
Perasaan pasrah setelah semua usaha dan doa yang kita lakukan, semata-mata karena Allah SWT.
Disetujui atau tidak, Segala
keputusan itu adalah Hak Allah. Kalau memang iya doa kita terkabul, itu merupakan bonus
dari Sang Maha Kuasa.
Kalau dulu saya menutup diri ketika banyak orang berkata “sabar..sabar..Allah akan memberinya pada
waktu yang tepat”.
Namun sekarang sudah
lain ceritanya, bisa saya jawab “Iya benar, Allah Maha Tahu apa yang kita
butuhkan dan Allah akan memberi yang kita inginkan pada saat yang tepat.”
Memang diri saya yang terlalu jahil untuk cepat memahami. Perlu proses lama untuk menuju ke arah itu,
itulah diri saya. Sangat lebay dan naif, ya?
Alhamdulillah sekarang bayi itu tumbuh
dengan sehat dan sekarang sudah berusia 6 th. Semoga dia jadi anak sholehah,
selalu sehat dan panjang umur. Aamiin...
Proses
pencarian itu meninggalkan bekas bagi kami.
-
Saya dan suami jadi lebih mendekatkan
diri kepada Allah
-
Adanya prioritas
tetap dari rezeki kami untuk 25 anak-anak yatim yang setiap
bulannya datang ke rumah.
-
Serta bertambahnya rasa syukur kepada
Allah.
Pengalaman ini juga sering saya tularkan kepada anak didik saya saat
mereka galau menghadapi lomba
“ Kamu sudah berusaha. Kalau kamu memang juara, itu bonus buat
kamu. Kalau ternyata tidak, Allah sudah tahu bagaimana usaha dan doa kamu. Pasrahkan dan terserah Allah saja yang Maha
Menentukan, ya.” Itu kata-kata yang sering saya ucapkan saat
mendampingi mereka lomba.
Dan
Alhamdulillah...karena pemahaman mereka, beberapa kali doa kami
dikabulkan. Lebih dari dua kali, anak-anak yang kami bimbing untuk ikut lomba “
English Contest, Story Telling” bisa menjadi juara satu tingkat provinsi.
*************************************
Nah, itu cerita saya, Duh
panjang banget ya, semoga tidak eneg
habis membacanya..wkwkwk
No comments:
Post a Comment